Thursday 19 March 2015

Budidaya Ikan Lele Sangkuriang di Kolam Terpal

Budidaya Ikan Lele Sangkuriang di Kolam Terpal
  
A.   Sejarah Lele Sangkuriang
Lele Sangkuriang merupakan keturunan dari lele dumbo. Lele dumbo masuk ke Indonesia pada tahun 1985, sebelumya masyarakat Indonesia hanya mengenal lele lokal dengan segala keterbatasan kualitas yang dimilikinya. Sejak diperkenalkan, lele dumbo langsung mendapatkan respon positif dari masyarakat. Pasalnya, jenis lele yang didatangkan dari Taiwan ini memiliki banyak keunggulan dibanding lele lokal pada saat itu, diantaranya tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit. Namun, dari segi cita rasa lele lokal masih jauh lebih unggul dari lele dumbo.
Kehadiran lele dumbo di Indonesia menyebabkan popularitas lele lokal meredup. Masyarakat banyak yang beralih ke lele dumbo dan dalam waktu singkat lele dumbo telah menjadi primadona produk perikanan domestik saat itu.Sayangnya, perkembangan budidaya lele dumbo yang terbilang pesat tidak diimbangi dengan pengelolaan induk yang baik. Akibatnya, lele dumbo yang beredar di masyarakat mengalami penurunan kualitas. Indikasi nyata dari penurunan kualitas tersebut ditunjukan dengan laju pertumbuhan ikan yang semakin lambat, semakin rentan terhadap penyakit dan respon terhadap pakan tambahan kian menurun.
Penurunan kualitas lele dumbo diakibatkan oleh terlalu seringnya dilakukan perkawinan sekerabat dan seleksi induk yang salah. Akibatnya, pemijahan yang dilakukan malah menggunakan induk yang berkualitas rendah. Hal inilah yang tidak disadari oleh sebagian besar pembudidaya lele dumbo yang ada.
Penurunan kualitas lele dumbo telah mengundang keprihatinan beberapa kalangan, seperti para pakar perikanan di Indonesia dan terutama pihak Departemen Perikanan dan Kelautan. Sebagai upaya mengembalikan kualitas lele dumbo agar mendekati kualitas ketika pertama kali didatangkan ke Indonesia, Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi telah berhasil merekayasa genetik lele dumbo dengan melakukan silang balik (back cross).
Proses silang balik dilakukan dengan mengawinkan induk lele dumbo betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan induk yang dimiliki BBPBAT Sukabumi yang merupakan keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sementara itu, induk jantan F6 merupakan keturunan dari induk betina F2.
Upaya silang balik mulai dirintis tahun 2000-an. Ternyata, upaya tersebut menunjukan hasil positif. Benih yag dihasilkan dari induk hasil silang balik tersebut lebih unggul dan mendekati kualitas benih lele dumbo ketika awal diintroduksi ke Indonesia. Selain itu, kemampuan bertelur induk dan daya tetas telur terbilang tinggi. Kemudian, lele hasil silang balik tersebut disosialisasikan dan disebarkan secara terbatas pada tahun 2002-2004 yang dipusatkan di daerah Bogor dan Yogyakarta. Tahun 2004, lele hasil silang balik tersebut resmi dilepas secara luas oleh Departemen Perikanan dan Kelautan sebagai komoditas baru ikan lele unggul dan dikukuhkan melalui SK Mentri Perikanan dan Kelautan No.KP.26/MEN/2004 tanggal 21 Juli 2004. Lele dumbo hasil silang balik tersebut diberi nama Lele Sangkuriang. Konon, nama tersebut dipilih karena terinspirasi oleh cerita rakyat Jawa Barat tentang kisah asmara Sangkuriang dengan ibu kandungnya bernama Dayang Sumbi. Persilangan balik ini memang mirip dengan kisah Sangkuriang, yakni induk lele betina disilangkan dengan induk jantan yang masih keturunannya.
Jenis lele sangkuriang yang mempunyai keunggulan antara lain:
1.      Bisa tumbuh 10 persen lebih cepat
2.      Ukuran tubuhnya pun lebih bongsor
3.      Lebih tahan terhadap penyakit
Untuk mendapatkan manfaat maksimal, budidaya ikan lele tidak bisa dilakukan hanya kegiatan subsisten saja. Lele dapat hidup dalam kepadatan tebar tinggi dan rasio terhadap pertumbuhan yang baik. Dan ternyata lele juga mempunyai segudang  manfaat ikan lele untuk kesehatan tubuh kita. Oleh karena itu, budidaya ikan lele akan mendapat manfaat lebih jika dilakukan secara intensif. Budidaya ikan lele ini tidak perlu modal yang besar. Lele adalah salah satu macam ikan tawar yang sudah dibudidayakan secara menyeluruh dan komersial oleh masyarakat Indonesia, khususnya pulau jawa

Kelebihan Cara Budidaya Ikan Lele Menggunakan Kolam Terpal
Pembuatan kolam terpal dapat dilakukan di pekarangan ataupun di halaman rumah, lahan yang digunakan berupa lahan yang belum dimanfaatkan atau lahan yang telah dimanfaatkan tetapi kurang produktif. Keuntungan dari kolam terpal adalah terhindar dari hewan pemangsa ikan, hewan piaraan. Kolam ikan dari terpal mempunyai keunggulan yaitu
  1. Dilengkapi alat pengatur volume air yang bermanfaat untuk pemanenan dan dapat mempermudah penyesuaian ketinggian air sesuai usia ikan.
2.      Lele yang dihasilkan lebih berkualitas, lele terlihat tampak bersih, dan seragam.
  1. Lahan yang digunakan relatif tidak berubah karena bukan kolam galian.
  2. Mudah dalam pengeringan dan mengganti air agar tetap bersih.
  3. Lebih fleksibel dan dapat dipindahkan jika diperlukan
  4. Mudah dalam mendeteksi hama penyakit.
  5. Biaya yang dikeluarkan relatif lebih kecil.
  6. Tidak terpengaruh oleh kondisi tanah, beberapa daerah mungkin mengandung tanah yang sudah terkontaminasi dengan zat kimia dan tidak steril dari hama.
  7. Mudah dalam mengamati pertumbuhan dan perkembangan lele
  8. Pada saat panen akan lebih mudah dan sangat praktis

B.   Persyaratan Budidaya Ikan Lele
1.   Konstruksi kolam
Tahap utama dalam budidaya ikan lele adalah wadah budidaya baik kolam tanah maupun kolam terpal dan kali ini adalah cara budidaya ikan lele di kolam terpal. Bagian dalam kolam terpal dicuci dengan sabun untuk menghilangkan bau lem atau bahan kimia yang dapat membunuh benih ikan. Setelah itu, bagian dalam terpal dibilas bersih dan dikeringkan selama satu hari, kolam diisi dengan air hingga 20 cm. Setelah kolam sudah terisi air diamkan selama kurang lebih satu minggu untuk proses pembentukan lumut dan untuk pertumbuhan fito plankton.
Kemudian tambahkan air lagi hingga mencapai 80 cm setelah ikan berangsung dewasa. Air yang telah ditinggalkan selama seminggu penuh dan diberikan daun-daun seperti daun singkong, atau pepaya. Tujuannya agar air berwarna hijau. air hijau untuk mencegah bau yang disebabkan karena penguapan air kolam dan harus dilakukan 25% penambahan dan penggantian air. 
Hal penting yang harus diperhatikan dalam sistim Budidaya dengan Kolam terpal antara lain:
1.   Sebaiknya Usahakan lahan yang digunakan sedikit agak rindang, tapi jangan langsung dibawah pohon.
2.   Terpal jenis A3 lebih tebal, saat pemasangan sebaiknya ukuran terpal agak dilebihkan agar dapat dibentuk sesuai rangka/patok,
3.   Keliling kolam terpal harus di pagar dengan waring atau lainnya yang serupa, Tujuannya untuk menghindari gangguan hewan ternak, mengantisipasi lele melompat, dan untuk menjaga keamanan lingkungan kolam.
4.   Pada Kolam terpal sistim dalam tanah, untuk menguatkan posisi terpal dibibir kolam sebaiknya di pasang karung atau sejenisnya yang diisi dengan tanah sepanjang keliling kolam.

2.   Pemilihan Benih Unggul
Benih unggul dapat kita lihat dengan cara memperhatikan ciri-ciri Sebagai Berikut :
1.      Benih Terlihat aktif Melakukan oksigenasi
2.      Gesit, Agresif Dan cerah;
3.      Ukuran Terlihat Sama Rata;.
4.      Warna Sedikit Lebih Terang;
5.      tidak terdapat cacat atau luka dipermukaan tubuhnya
6.      bebas dari bibit penyakit dan gerakan renangnya normal
7.      Ukuran benih untuk budidaya ikan lele biasanya memiliki panjang sekitar 5-7 cm. Dari benih sebesar itu, dalam jangka waktu pemeliharaan 2,5-3,5 bulan akan didapatkan lele ukuran konsumsi sebesar 9-12 ekor per kilogram.

3.   Penebaran Benih
Berikut ini cara menghitung kapasitas kolam untuk budidaya ikan lele secara intensif. Asumsi kedalaman kolam 1-1,5 meter (kedalaman yang dianjurkan). Maka kepadatan tebar bibit lele yang dianjurkan adalah 200-400 ekor per meter persegi. Contoh, untuk kolam berukuran 3 x 4 meter maka jumlah bibit ikannya minimal (3×4) x 200 = 2400 ekor, maksimal (3×4) x 400 = 4800 ekor.
Langkah-langkah penebaran sebagai berikut :
a.       Siapkan Bak / Ember;
b.      Masukan air kolam yang akan di jadikan budidaya ikan kedalam ember/bak;
c.       Masukan Benih Lele yang akan Di tebar;
d.      Diamkan Selama Kurang lebih selama 30 Menit (tujuan agar benih ikan melakukan penyesuain dengan air kolam bakal budidaya) dan untuk menghilang stres ikan setelah di pindahkan dari habitat penangkaran dan akan masuk kehabitat baru.
Setelah 30 menit benih dapat di tebar ke dalam kolam baik kolam tanah maupun kolam terpal. Penebaran benih baik lakukan pada pagi atau malam hari karena di waktu pagi atau malam hari kondisi air relatip stabil. Setelah lele berumur lebih dari 20 hari, lele perlu disortir dengan menggunakan bak penyortir berukuran 9 -12 cm. 
Alasannya dilakukan sortir karena, ikan lele yang lebih kecil akan sulit untuk mendapatkan makanan karena kalah cepat dengan yang lebih besar dan dapat memperlambat laju pertumbuhan ikan sebagian. Oleh karena itu, sejak awal kita harus menyiapkan dua kolam ukuran yang sama dengan tujuan untuk memisahkan ikan yang sudah di lakukan sortir. Apabila tidak mempunyai lokasi yang cukup luas kita dapat menyiapkan kolam untuk ikan hasil sortir lebih kecil dari kolam budidaya. karena hanya ikan yang kecil saja yang di pindahkan ke kolam hasil sortir (kolam kecil untuk ikan yang kecil) dan kolam yang besar kita gunakan untuk ikan yang besar.

4.   Pengaturan Kualitas air 
Air kolam akan berkurang karena proses penguapan maka perlu tambahkan air sampai tingkat air kembali ke posisi normal. Pada tingkat air 20 cm (bulan pertama), 40 cm (bulan kedua), dan 80 cm (bulan ketiga). Warna air yang terbaik bagi ikan lele berwarna hijau menunjukkan bahwa kualitas air yang baik untuk ikan lele. Lele tidak suka air jernih dan air akan berubah hijau ketika ikan sudah dewasa siap panen.

5.   Kedalaman air 
Kolam jangan terlalu dangkal karena penguapan akan membuat ikan menjadi terlalu panas. Tentunya ini akan membuat ikan menjadi kelelahan dan mati. Solusinya adalah dengan menambahkan air telah surut kembali ke posisi yang telah ditentukan. Selain itu perlu untuk menambahkan tanaman air seperti kangkung, daun talas, dan eceng gondok. Fungsi sebagai tanaman peneduh, selain itu juga dapat menyerap racun yang terkandung dalam air kolam. tingkat air kolam 20 cm (bulan pertama), 40 cm (bulan kedua), dan 80 cm (bulan ketiga). 
6.   Tingkat Kejernihan Air 
Pada dasarnya lele tidak suka air jernih. Hal ini dapat dilihat dari sifat dan bentuk tubuhnya. pakan alam lele di malam hari menyebabkan lele tidak perlu penglihatan yang baik. Hal ini juga didukung dari bentuk tubuh memiliki kumis di sekitar mulut. Fungsi ini berguna untuk meraba makanan. 

Selain itu, sistem pernapasan ikan lele menggunakan labirin, yang berarti bernapas lele tidak bergantung pada oksigen terlarut dalam air. Dengan demikian, kondisi oksigen minimal lele dapat bertahan hidup air berlumpur tersebut. Meskipun ikan lele tidak suka air jernih, kita tidak bisa memasukan sembarangan air ke dalam kolam. Bisa jadi kita memasukan air yang mengandung bakteri dan parasit yang dapat menyebabkan penyakit. sebagai penangkalnya yaitu dengan memberikan daun seperti yang disebutkan di atas sehingga air berwarna hijau.

7.   Pakan
Pakan dilakukan tiga kali sehari yaitu pukul 07:00 pagi, 17:00 dan 22:00. Makanan tidak selalu harus 3 kali sehari, bisa jadi 4 kali, tergantung pada kebutuhan ikan akan makan. 
Dalam proses pakan budidaya ikan diberikan dengan menggunakan jenis sentrat ikan 781-1 karena di dalamnya mengandung nutrisi yang di butuhkan ikan protein minimal 35%, lemak 10-16%, karbohidrat 15-25%, vitamin dan mineral. .
Pemberian pakan tidak boleh terlalu berlebihan karena akan menimbulkan berbagai macam jenis penyakit akibat pakan yang mengendap yang tidak termakan oleh ikan. akan menyebabkan amonia beracun. 
Pakan harus diberikan sesuai dengan kebutuhan. Secara umum setiap harinya ikan lele memerlukan pakan 3-6% dari bobot tubuhnya. Misalnya, ikan lele dengan bobot 50 gram memerlukan pakan sebanyak 2,5 gram (5% bobot tubuh) per ekor. Kemudian setiap 10 hari ambil samplingnya, lalu timbang dan sesuaikan lagi jumlah pakan yang diberikan. Dua minggu menjelang panen, persentase pemberian pakan dikurangi menjadi 3% dari bobot tubuh.
Untuk mencapai hasil maksimal dengan biaya yang minimal, terapkan pemberian pakan utama dan pakan tambahan secara berimbang. Bila pakan pabrik terasa mahal, silahkan coba membuat sendiri pakan lele alternatif dengan komposisi makanan buatan dapat dibuat dari campuran dedak halus dengan ikan rucah dengan perbandingan 1:9 atau campuran dedak halus, bekatul, jagung, cincangan bekicot dengan perbandingan 2:1:1:1 campuran tersebut dapat dibuat bentuk pellet. Dan untuk diketahui juga bahwa Pemberian pakan buatan (pelet) diberikan sejak benih berukuran 2 minggu berupa bentuk serbuk halus. Kemudian setelah itu berangsur-angsur digunakan pelet diameter 1 milimeter barulah kemudian beralih ke pellet ukuran 2 milimeter (sesuai umur ikan lele). Hal ini dimaksud agar pellet dapat dicerna lebih baik dan lebih merata oleh seluruh ikan sehingga meminimalisir terjadinya variasi ukuran lele selama pertumbuhannya.

  1. Penyebab kematian ikan dan pencegahannya
a.       Amoniak
Sisa-sisa pakan yang tidak termakan ikan juga dapat menyebabkan menumpuknya racun amoniak dan membuat kadar keasamannya meningkat. Akibat dari zat asam ini lele menjadi buas dan tumbuh suburnya penyakit-penyakit. Ciri-ciri air mengandung zat asam yaitu mayoritas ikan mengambang dengan posisi berdiri. Solusinya adalah hindari penggunaan pakan yang berlebihan dan air diberi daun-daunan agar berwarna hijau dan memberi EM-4 (untuk perikanan dan tambak) 10ml/m2 setiap 1 minggu sekali agar sisa pakan/ kotoran ikan bisa terurai.
b.      Kedalaman Air
Kolam yang terlalu dangkal akibat penguapan akan membuat ikan menjadi kepanasan. Tentunya hal ini akan membuat ikan menjadi kelelahan dan mati. Solusinya adalah dengan menambah air yang telah surut kembali ke posisi yang telah ditentukan sebelumnya. Selain itu perlu ditambahkan tanaman air seperti kangkung air, daun keladi/ talas, dan eceng gondok. Fungsi tanaman air selain sebagai peneduh dapat pula menyerap racun-racun yang terkandung dalam air kolam.
c.       Pengemasan Bibit yang Tidak Baik
Pengemasan di wadah bibit yang kurang nyaman membuat bibit mengalami stres yang diakibatkan oleh banyaknya guncangan, terlalu lama di dalam plastik, dan cuaca panas. Solusinya adalah membeli bibit dari tempat yang tidak terlalu jauh dari kolam dan tidak terkena sinar matahari.
d.      Klimatisasi
Bibit ikan akan mati apabila tidak dilakukan penyesuaian suhu antara air yang ada di plastik pembungkus dengan air kolam. Sebelum dimasukkan ke dalam kolam, bibit ikan harus dikenalkan terlebih dahulu dengan air kolam. Caranya, plastik yang berisi bibit ikan direndam di air kolam selama ½ - 2 jam. Kemudian plastik dibuka dan biarkan air kolam masuk perlahan-lahan ke dalam plastik sampai bibit ikan keluar dari plastik dengan sendirinya. Setelah itu, ikan baru bisa sepenuhnya masuk ke kolam. Lakukan hal ini pada pagi atau sore hari untuk menghindari suhu air yang lebih panas.
e.       Tingkat Kejernihan Air
Pada dasarnya ikan lele tidak menyukai air jernih. Hal ini dapat dilihat dari sifat dan bentuk tubuhnya. Sifat ikan lele mencari makan pada malam hari menyebabkan ikan lele tidak membutuhkan penglihatan yang baik. Ini didukung pula dari bentuk tubuhnya yang memiliki kumis di sekitar mulutnya. Fungsi kumis ini berguna untuk meraba makanan. Selain itu, sistem pernapasan ikan lele menggunakan labirin yang artinya pernapasan ikan lele tidak bergantung pada oksigen yang terlarut di air. Jadi, pada kondisi minim oksigen pun ikan lele tetap dapat bertahan hidup misalnya air berlumpur. Air yang jernih dapat mematikan bibit ikan lele. Meskipun ikan lele tidak menyukai air jernih, kita tidak bisa memasukan sembarang air ke kolam. Bisa saja air yang kita masukan mengandung bakteri dan parasit yang dapat menimbulkan penyakit. Kiranya perlu kita memperkeruh air kolam yaitu dengan cara memberikan daun-daunan seperti yang telah disebutkan di atas agar air berwarna hijau.
f.        Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit juga tidak bisa dianggap remeh karena kedua hal ini sangat mempengaruhi volume produksi. Hama biasanya berupa hewan yaitu linsang, burung pemakan ikan, kucing, dll. Sedangkan untuk penyakit berupa virus dan bakteri. Pencegahannya yaitu menggunakan semacam penghalang agar tidak ada hewan liar yang masuk ke kolam dan memakan bibit lele. Untuk penyakit dapat diberikan obat-obatan yang banyak tersedia di toko pertanian, tergantung pada jenis penyakitnya atau bisa juga dengan menggunakan tanaman herbal. Daun sirih diketahui berdaya antioksidasi, antiseptik, bakterisida, dan fungisida. Tanaman sambiloto bersifat anti bakteri, sedangkan daun jambu biji selain bersifat anti bakteri juga bersifat anti viral. Berikut ini beberapa penyakit yang biasa ditemui pada ikan air tawar:
Penyakit ikan golongan jamur
Beberapa jenis penyakit jamur yang termasuk berbahaya untuk ikan antara lain adalah Aphanomyces, Branchiomyces, dan Ichthyophonus. Jamur yang paling sering ditemukan pada ikan air tawar adalah Saprolegnia sp. dan Achlya sp.
Penyakit ikan golongan bakteri
Beberapa jenis penyebab penyakit ikan golongan bakteri yang sering menimbulkan kerugian dalam usaha budidaya ikan antara lain meliputi Aeromonas hydrophila, Aeromonas salmonicida, Mycobacterium sp, Nocardia sp, Edwardsiella tarda, Edwardsiella ictaluri, Streptococcus sp, Pasteurella sp, Yersinia ruckeri, Pseudomonas sp dan Streptomyces sp.
Penyakit ikan golongan virus
Beberapa jenis virus diketahui dapat menyerang ikan-ikan budidaya dan menimbulkan permasalahan yang serius antara lain Channel Catfish Virus Disease (CCVD), Spring Viraemia of Carp (SVC), Infectious Pancreatic Necrosis (IPN), Lymphocystis Disease (LD), Infectious Hematophoietic Necrosis (IHN), Viral Nervous Necrosis (VNN) dan Koi Herpes Virus (KHV).
Hama dan penyakit tidak bisa dianggap remeh karena sangat mempengaruhi baik volume produksi. maupun tingkat keberhasilan dalam budidaya ikan. Hama biasanya binatang yang berang-berang, burung pemakan ikan, ular, selain itu masih terdapat penyakit seperti virus dan bakteri. Pencegahan adalah dengan menggunakan semacam penghalang sehingga tidak ada hewan liar yang masuk ke kolam dan memakan lele. Untuk penyakit dapat diberikan obat-obatan yang banyak tersedia di toko perikanan, tergantung pada jenis penyakit yang menjangkiti ikan lele. 

9.   Panen 
Ikan lele bisa dipanen setelah mencapai ukuran 9-12 ekor per kg. Ukuran sebesar itu bisa dicapai dalam tempo 2,5-3,5 bulan dari benih berukuran 5-7 cm. Berbeda dengan konsumsi domestik, ikan lele untuk tujuan ekspor biasanya mencapai ukuran 500 gram per ekor.
Satu hari (24 jam) sebelum panen, sebaiknya ikan lele tidak diberi pakan agar tidak buang kotoran saat diangkut. Pada saat ikan lele dipanen lakukan sortasi untuk misahkan lele berdasarkan ukurannya. Pemisahan ukuran berdampak pada harga. Ikan lele yang sudah disortasi berdasarkan ukuran akan meningkatkan pendapatan bagi peternak. Ikan lele yang tidak lolos sortasi bisa di pelihara lagi atau dibuat lauk. Beberapa jenis alat yang diperlukan untuk memanen ikan diantaranya adalah timbangan,alat tangkap (serok/lambit),ember dll.



















































No comments:

Post a Comment