
Artikel ini diambil dari berbagai sumber artikel-artikel yang ada di internet, dengan harapan artikel ini mempunyai cakupan yang luas dan memudahkan pembaca yang menginginkan pengetahuan dari Rumah Adat, Pakaian Adat dan Alat Musik dari daerah Lombok.
Rumah Adat, Pakaian Adat dan Alat Musik Tradisional Lombok
Rumah Adat Sasak
Asal Usul Suku SasakNenek moyang Suku Sasak berasal dari campuran penduduk asli
Untuk dindingnya, warga setempat membuat anyaman agar bisa digunakan sebagai pembatas setiap ruangan atau dinding. Sedangkan bambu yang masih berbentuk batangan, digunakan untuk tiang penyangga rumah. Uniknya, rumah adat sasak ini memiliki atap dengan bentuk layaknya gunungan yang menukik ke bawah jika dilihat dari kejauhan. Atap rumah tradisional suku sasak ini terbuat dari jerami atau akar alang-alang. Sedangkan untuk bagian lantainya, rumah adat sasak Sade ini menggunakan tanah dengan campuran batu bata, abu jerami dan juga getah pohon. Seluruh bahan bangunan (seperti kayu dan bambu) untuk membuat rumah adat tersebut di dapatkan dari lingkungan sekitar mereka, bahkan untuk menyambung bagian-bagian kayu tersebut, mereka menggunakan paku yang terbuat dari bambu. Rumah adat suku Sasak hanya memiliki satu pintu berukuran sempit dan rendah dan tidak memiliki jendela. Orang Sasak juga selektif dalam menentukan lokasi tempat pendirian rumah. Mereka meyakini bahwa lokasi yang tidak tepat dapat berakibat kurang baik kepada yang menempatinya.
Misalnya, mereka tidak akan membangun rumah di atas bekas perapian, bekas tempat pembuangan sampah, bekas sumur dan pada posisi jalan tusuk sate ataususur gubug. Selain itu, orang Sasak tidak akan membangun rumah berlawanan arah dan ukurannya berbeda dengan rumah yang lebih dahulu ada. Menurut mereka, hal tersebut merupakan perbuatan melawan tabu (maliq-lenget).
Rumah adat suku Sasak pada bagian atapnya berbentuk seperti gunungan, menukik ke bawah dengan jarak 1,5 sampai 2 meter dari permukaan tanah (fondasi). Atap dan bubungannya (bungus) terbuat dari alang-alang, dindingnya dari anyaman bambu (bedek), hanya mempunyai satu berukuran kecil dan tidak ada jendelanya.
Ruanganbale dalem juga dilengkapi amben, dapur dan sempare (tempat menyimpan makanan dan peralatan rumah tanggan lainnya) tersebut dari bambu ukuran 2 x 2 meter persegi. Kemudian ada sesangkok (ruang tamu) dan pintu masuk dengan sistemsorong (geser). Di antara bale luar dan bale dalem ada pintu dan tangga (tiga anaktangga) dan lantainya berupa campuran tanah kotoran kerbau/kuda, getah dan abu jerami.
Selain lantainya yang unik, ternyata ada cerita lain yang tak kalah unik, yaitu perihal pasangan rumah tangga yang tidak boleh tidur dalam satu ruangan. Menurut penjelasan Mas Atrium, yang boleh tidur dalam ruang utama Bale Tani hanyalah para pengantin baru.
Setelah masa tertentu, mereka pun harus berpisah saat malam tiba. Perempuan dan laki-laki ternyata dipisahkan kala malam, perempuan tidur di dalam, sedang yang laki-laki tidur di bagian luar bale yang lebih menyerupai teras. Bayi laki-laki diperbolehkan tidur dengan ibunya sampai usia tertentu, sebelum akhirnya diharuskan berpisah dengan sang ibu. Bahkan dipercaya, melumuri lantai dengan kotoran dapat menjadi pengusir nyamuk paling alami.
Dalam adat masyarakat lombok, rumah adat sasak ini memiliki posisi cukup penting untuk kehidupan manusia, yakni sebagai tempat privasi keluarga untuk berlindung. Bahkan bukan hanya berlindung secara jasmani, namun juga untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya. Maka dari itu, bila kita memperhatikan arsitektur rumah adat suku sasak dengan cermat, kita dapat menemukan bahwa rumah tersebut memiliki estetika, lokal masyarakatnya. Setiap ruangan dalam rumah, dibagi berdasarkan kegunaan masing-masing, seperti untuk tempat tidur, ruang melahirkan para ibu, tempat menyimpan harta dan penyimpanan jenazah sebelum dikebumikan.
Bangunan rumah dalam komplek perumahan Sasak terdiri dari beberapa macam, diantaranya adalah Bale Tani, Bale Jajar, Berugag/Sekepat, Sekenam, Bale Bonter, Bale Beleq Bencingah, dan Bele Taj uk. Dan nama bangunan tersebut disesuaikan dengan fungsidari masing-masing tempat.
1. Bale Tani adalah bangunan rumah untuk tempat tinggal masyarakat Sasak yang berprofesi sebagai petani.
2. Bale Jajar Merupakan bangunan rumah tinggal orang Sasak golongan ekonomi menengah keatas. Bentuk Bale Jajar hampir sama dengan Bale Tani, yang membedakan adalah jumlah dalem balenya.
3. Berugaq / Sekepat Berfungsi sebagai tempat menerima tamu, karena menurut kebiasaan orang Sasak, tidak semua orang boleh masuk rumah. Berugaq / sekupat juga digunakan pemilik rumah yang memiliki gadis untuk menerima pemuda yang datang midang (melamar).
4. Sekenam Digunakan sebagai tempat kegiatan belajar mengajar tata krama, penanaman nilai-nilai budaya dan sebagai tempat pertemuan internal keluarga.
5. Bale bonter Dipergunakan sebagai ternopat pesangkepan / persidangan adat, seperti: tempat penyelesaian masalah pelanggaran hukum adat dan sebagainya. Umumnya
PAKAIAN ADAT LOMBOK
A. Busana Adat Sasaq laki-laki dan maknanya :
-
Capuq/Sapuk ( batik, palung , songket) : Sapuk merupakan mahkota bagi
pemakainya sebagai tanda kejantanan serta menjaga pemikiran dari hal-hal yang
kotor dan sebagai lambang penghormatan kepada Tuhan yang maha esa. Jenis dan
cara penggunaan sapuq pada pakaian adat sasak tidak dibenarkan meniru cara
penggunaan sapuq untuk ritual agama lain.
-Baju Pegon ( warna gelap ) : Pegon merupakan busana pengaruh dari jawa merupakan adaptasi jas eropa sebagai lambang keanggunan dan kesopanan. Modifikasi dilakukan bagian belakang pegon agak terbuka untuk memudahkan penggunaak keris. Bahan yang digunakan sebaiknya berwarna polos tidak dibuat berenda-renda sebagaimana pakaian kesenian.
-Baju Pegon ( warna gelap ) : Pegon merupakan busana pengaruh dari jawa merupakan adaptasi jas eropa sebagai lambang keanggunan dan kesopanan. Modifikasi dilakukan bagian belakang pegon agak terbuka untuk memudahkan penggunaak keris. Bahan yang digunakan sebaiknya berwarna polos tidak dibuat berenda-renda sebagaimana pakaian kesenian.
-Leang /
dodot / tampet ( kain songket) : motif kain songket dengan motif subahnale,
keker, bintang empet dll ) bermakna semangat dalam berkarya pengabdian kepada
masyarakat.
-Kain
dalam dengan wiron / cute : bahannya dari batik jawa dengan motif tulang nangka
atau kain pelung hitam. Dapat juga digunakan pakain tenun dengan motif tapo
kemalo dan songket dengan motif serat penginang .Hindari penggunaan kain putih
polos dan merah . Wiron / Cute yang ujungnya sampai dengan mata kaki lurus
kebumi bermakan sikap tawadduk-rendah hati.
-Keris :
Penggunaan keris disisipkan pada bagian belakang jika bentuknya besar dan bisa
juga disisipkan pada bagian depan jika agak kecil. Dalam aturan pengunaan keris
sebagai lambang adat muka keris ( lambe/gading) harus menghadap kedepan, jika
berbalik bermakna siap beperang atau siaga. Keris bermakna : kesatriaan-
keberanian dalam mempertahankan martabat. Belakangan ini karena keris agak
langka maka diperbolehkan juga menyelipkan “pemaja” (pisau kecil tajam untuk
meraut).
-Selendang
Umbak ( khusus untuk para pemangku adat ): Umbak adalah sabuk gendongan yang
dibuat dengan ritual khusus dalam keluarga sasak. Warna kain umbak putih merah
dan hitam dengan panjang sampai dengan empat meter. Dihujung benang
digantungkan uang cina ( kepeng bolong). Umbak sebagai pakaian adat hanya
digunkan oleh para pemangku adat, pengayom masyarakat. Umbak untuk busana
sebagai lambang kasih sayang dan kebijakan.
B. Busana
Adat Perempuan dan maknanya :
-Pangkak : Mahkota pada wanita berupa hiasan emas berbentuk bunga-bunga yang disusun sedemikian rupa disela-sela konde.
-Pangkak : Mahkota pada wanita berupa hiasan emas berbentuk bunga-bunga yang disusun sedemikian rupa disela-sela konde.
-Tangkong
: Pakaian sebagai lambang keanggunan dapat berupa pakaian kebaya dari bahan
dengan warna cerah atau gelap dari jenis kain beludru atau brokat. Dihindari
penggunaan model yang memperlihatkan belahan dada dan transparan .
-Tongkak :
Ikat pinggang dari sabuk panjang yang dililitkan menutupi pinggang sebagai
lambang kesuburan dan pengabdian - Lempot : Berupa selendang/kain tenun panjang
bercorak khas yang disampirkan di pundak kiri. Sebagai lambang kasih sayang.
-Kereng :
Berupa kain tenun songket yang dililitkan dari pinggang sampai mata kaki
sebagai lambang kesopanan, dan kesuburan.
-Asesoris : Gendit /Pending berupa rantai perak yang lingkarkan
sebagai ikat pinggang, Onggar-onggar ( hiasan berupa bunga-bunga emas yang
diselipkan pada konde) jiwang / tindik (anting-anting), Suku /talen/ ketip (
uang emas atau perak yang dibuat bros) kalung dll.
6 Perlengkapan Pakaian Adat Pria Suku Sasak
Suku sasak merupakan suku bangsa yang mendiami pulau lombok,
Nusa Tenggara Barat. Seperti daerah lain di Indonesia, masyarakat suku sasak
juga memiliki berbagai tradisi dan kebudayaan yang sangat erat kaitannya dengan
nilai-nilai yang tertanam dalam kehidupan masyarakat suku sasak. Salah satunya
terdapat pada pakaian adat tradisional suku sasak yang biasa dikenakan pada
berbagai upacara atau ritual adat tertentu. Berbagai kelengkapan yang terdapat
pada pakaian adat kaum pria suku sasak diantaranya sapuk, baju pegon, leang,
kain dalam dengan wiron, keris serta selendang umbak.
Capuq atau Sapuk
Sapuk merupakan mahkota yang digunakan sebagai lambang
penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta menjaga pemikiran pemakainya dari
hal-hal yang kotor dan tidak baik. Sekilas bentuk sapuk yang dikenakan oleh
masyarakat suku sasak tidak jauh berbeda dengan ikat kepala dari Bali . Untuk penggunaan sehari-hari jenis sapuk yang
digunakan yaitu berbentuk segitiga sama kaki, sedangkan untuk ritual khusus
seperti upacara adat atau ritual khusus biasanya menggunakan sapuk jadi atau
perade yang terbuat dari bahan songket benang emas.
Sumber : http://lombok-inges.blogspot.com/
Baju Pegon
Baju pegon merupakan perlengkapan pakaian adat suku sasak
yang mendapat pengaruh dari jawa yang mengadopsi model jas eropa sebagai
lambang keanggunan dan kesopanan. Untuk memudahkan penggunaan keris model jas
tersebut kemudian dimodifikasi menjadi agak terbuka pada bagian belakang
pegon. Bahan kain yang digunakan untuk membuat baju pegon umumnya
berwarna gelap dan tidak bermotif.

Sumber : http://apm-martaya.blogspot.com/
Leang atau Dodot
Leang atau dodot merupakan kain songket yang berfungsi untuk
menyelipkan keris. Beragam motif yang terdapat pada kain songket ini
diantaranya motif subahnale, keker, bintang empet yang bermakna semangat dalam
berkarya pengabdian kepada masyarakat.
Jenis kain yang digunakan sebagai penutup tubuh bagian bawah
ini digunakan sampai sebatas mata kaki dengan ujung lurus kebawah sebagai
lambang sikap tawadduk dan rendah hati. Kain yan digunakan berasal dari bahan
batik jawa dengan motif tulang nangka atau kain pelung hitam, dapat pula
menggunakan motif tapo kemalo dan songket dengan motif serat penginang. Dalam
penggunaan kain wiron tidak diperkenankan menggunakan kain polos berwarna putih
atau merah.

Sumber : http://lombok-inges.blogspot.com/
Keris
Penggunan keris sebagai pelengkap pakaian adat suku sasak
digunakan sebagai lambang kesatriaan dan keberanian dalam mempertahankan
martabat. Dalam aturannya pengunaan keris sebagai lambang adat bagian mukanya
harus menghadap kedepan, jika terbalik maka berubah makna menjadi siap beperang
atau siaga. Pada perkembangannya penggunaan keris sendiri dapat diganti dengan
pisau raut atau pemaja.
Sumber : http://bittersweetwordsleftunsaid.wordpress.com/
Selendang Umbak
Selendang umbak merupakan sabuk yang khusus diperuntukkan
bagi para pemangku adat atau pengayom masyarakat yang dibuat dengan ritual
khusus dalam keluarga sasak. Jenis kain yang digunakan umumnya berwarna merah
dan hitam dengan panjang berkisar empat meter yang dihiasi dengan uang cina
(kepeng bolong). Umbak sebagai pakaian adat hanya digunkan oleh para pemangku
adat, pengayom masyarakat. Umbak untuk busana sebagai lambang kasih sayang dan
kebijakan.

lumbung padi suku sasak
alat musik
lombok
1. Gengong

Alat musik genggong yang mengiringi: tiga buah genggong yang
berfungsi sebagai pembawa akord, sebuah suling genggong, sebuah petuk genggong,
sebuah rincik dan sebuah gong genggong. Berukuran serba kecil terbuat dari
seruas bambu panjang 315 mm dengan garis tengah 65 mm. Genggong semula hidup di
Desa Barejulat, Jonggat, Lombok Tengah.
2. Mandolin
Alat ini merupakan sebuah alat musik petik tradisional yang
mempunyai senar dan dimainkan seperti biola. Sering dipakai untuk mengiringi
tari rudat dan lagu-lagu tradisonal. Alat musik ini dapat dipadukan dengan alat
musik lainnnya untuk mengiringi lagu-lagu tradisional.
3. semprong
Di pulau Lombok , yang
mayoritas dihuni oleh suku sasak, ada sebuah kesenian tradisional yang
keberadaannya hampir punah, yaitu kesenian musik Semprong. Mungkin tak banyak
yang tahu tentang kesenian yang satu ini.Pada dasarnya musik yang mempergunakan
bamboo sebagai alatnya, tidak jauh beda dengan seni musik tradisional Iduridu
milik suku Aborigin, suku asli yang ada di negeri kangguru Australia .
Tamborin ala musik Semprong ini dinamakan Pengkelek hujan,
berbahan baku
sama, bamboo. Suara gemerincing yang dihasilkan bukan dari lempengan besi yang
disatukan layaknya tamborin, tetapi dari tulang-tulang binatang buas yang
dimasukkan kedalam bamboo pengkelek hujan. Kumpulan tulang binatang seperti
tulang buaya, macan, ikan hiu, dan berbagai tulang binatang buas lainnya itu,
dipercaya sebagai mantra yang menyampaikan pesan ke langit agar hujan turun,
karena bagi masyarakat sasak, dijaman dahulu, musik semprong merupakan musik pemanggil
hujan.
“Semprong menghadirkan nada penghormatan kepada alam,
sehingga mampu menghadirkan berbagai nada yang mencitrakan tunduk pada alam,
seperti suara ombak, suara pemujaan, suara binatang seperti anjing, dan
berbagai suara alam yang lain” terangnya kembali.Memang bila disimak alunan
nada yang dihasilkan, mampu menggiring imajinasi untuk berkelana menembus ruang
dan waktu. Seakan berjalan di tengah hutan seraya mendengarkan orkestrasi alam
yang megah, hingga sesekali diajak untuk menembus lautan, mendengarakan
lantunan nada dari gemericik ombak yang menghempas lautan, atau Susana pedesaan
yang penuh dengan ketenangan dan sangat bersahaja. Sebuah visualisasi yang
tercipta dari lantunan nada musik semprong.Mendengarkan musik semprong, tidak
semudah memainkannya. Dibutuhkan kiat khusus untuk menghadirkan untaian nada.
Hal inilah yang menjadi salah satupenghambat proses regenerasi di kesenian yang
satu ini, walaupun hal tersebut bukanlah sesuatu yang vital, karena semua
memang memerlukan proses pembelajaran.“Semprong menghasilkan nada bass di
setiap tiupannya. Dan untuk meniup alat ini tidaklah gampang, karena
menggunakan rongga diafragma, atau nafas dada dan tenggorokan, agar
menbciptakan harmonissasi dengan alat lainnya, yaitu suling denngan pengkelek hujan,
4. slober

Kesenian slober adalah salah satu jenis musik tradisional
Lombok yang tergolong cukup tua, alat-alat musik nya sangat unik dan sederhana
yang terbuat dari pelepah enau yang panjang nya 1 jengkal dan lebar 3
cm.Kesenian slober didukung juga dengan peralatan lainnya yaitu gendang, petuk,
rincik, gambus, seruling. Nama kesenian slober diambil dari salah seorang warga
desa Pengadangan Kecamatan Pringgasela yang bernama Amaq Asih alias Amaq
Slober.Kesenian ini salah satu kesenian yang masih eksis sampai saat ini yang
biasanya dimainkan pada setiap bulan purnama.
5. rebana
budrah
6. Gendang beleq
Gendang Beleq disebut juga tari tradisional Lombok . Disebut demikian karena alat musik utama yang
dipakai sebagai pengiring dalam tari ini terdiri atas dua buah gendang besar (
beleq ) yang melebihi ukuran gendang biasa dan sekaligus sebagai property tari.
Selain disebut tari gendang beleq, tari ini diesebut tari kecodak ( Lombok
Barat ) dan tari oncer ( Lombok Tengah ).
Penarinya terdiri atas dua orang penari gendang beleq, 4/6 penari copeh/oncer ( disebut demikian karena para penari sambil menari memegang alat musik copeh yang sewaktu-waktu dimainkan mengikuti irama musik ) dan satu orang penari petuk ( membawa alat musik petuk yang dimainkan mengikuti irama musik .penyajianny ter bagi menjadi 3, yaitu:
Penarinya terdiri atas dua orang penari gendang beleq, 4/6 penari copeh/oncer ( disebut demikian karena para penari sambil menari memegang alat musik copeh yang sewaktu-waktu dimainkan mengikuti irama musik ) dan satu orang penari petuk ( membawa alat musik petuk yang dimainkan mengikuti irama musik .penyajianny ter bagi menjadi 3, yaitu:
a. Bagian pertama, ditarikan bersama
oleh penari oncer, gendang, dan petuk. Bagian ini merupakan gambaran
keberangkatan prajurit ke medan
perang.
b. Bagian kedua, ditarikan oleh
penarti petuk dengan gerak-gerak yang lucu. Bagian merupakan tari untuk
menghibur.
c. Bagian ketiga, ditarikan bersama
penari oncer, gendang dan petuk. Bagian ini merupakan gambaran setelah
peperangan selesai
Orkestra ini terdiri atas dua buah gendang beleq yang
disebut gendang mama (laki-laki) dan gendang nina (perempuan), berfungsi
sebagai pembawa dinamika.Sebuah gendang kodeq (gendang kecil), dua buah reog
sebagai pembawa melodi masing-masing reog mama, terdiri atas dua nada dan
sebuah reog nina, sebuah perembak beleq yang berfungsi sebagai alat ritmis,
delapan buah perembak kodeq, disebut juga copek. Perembak ini paling sedikit
enam buah dan paling banyak sepuluh. Berfungsi sebagai alat ritmis, sebuah
petuk sebagai alat ritmis, sebuah gong besar sebagai alat ritmis, sebuah gong
penyentak, sebagai alat ritmis, sebuah gong oncer, sebagai alat ritmis, dan dua
buah bendera merah atau kuning yang disebut lelontek.Menurut cerita, gendang
beleq ini dulu dimainkan kalau ada pesta-pesta kerajaan, sedang kalau ada
perang berfungsi sebagai komandan perang, sedang copek sebagai prajuritnya.
Kalau perlu datu (raja) ikut berperang, disini payung agung akan
digunakan.Sekarang fungsi payung ini ditiru dalam upacara perakawinan. Gendang
beleq dapat dimainkan sambil berjalan atau duduk. Komposisi waktu berjalan
mempunyai aturan tertentu, berbeda dengan duduk yang tidak mempunyai aturan.

Barong tengkok merupakan salah satu music orchestra daerah Lombok , disebut barong tengkok karena salah satu alat
musiknya diletakkan pada wadah berbentuk barong atau singa, sedang cara
membawanya di “tengkok” atau digendong di bahu kiri, untuk menandai
barong jantan dan betina dapat dilihat dari ekor barong tersebut. Kalau ekornya
satu berarti jantan, dan bila terdiri atas beberapa lembar kain maka berarti
betina. Music ini sebagian besar terdiri atas alat music yang dipukul, sedang
dua buah lainnya merupakan alat music tiup, dan lam penyajiannyamempergunakan
alat music yang terdiri dari : Kenceng sebanyak 6 pasang berfungsi sebagai alat
perkusi. Gendang 1 buah, Gong 1 buah, suling 3 buah berfungsi sebagai pembawa
melodi, dalam penyajiannya biasanya pembawa barong tengkok sambil menaridan
diikuti oleh penari teleq yang berfungsi seola-olah sebagai penggembala dari
kedua barong tersebut. Fungsi barong tengkok berfungsi sebagai hiburan pada
acara perkawinan, khitanan dan memeriahkan hari-hari besar nasional dan dapat
disajikan dalam posisi duduk atau rak-arakan. Baron tenkok salah satu jenis
musik orkestra Lombok , terdiri dari krenceng
enam pasang, satu buah gendang dan sebuah petuk. Barong lanang/wadon yang
berfungsisebagai tempat reog sebuah gong dan tiga buah seruling sebagai pembawa
melodi. Disebut barong tengkok karena salah satu alatnya (reog) diletakkan pada
bentuk barong yang dibawa dengan ditengkokkan
No comments:
Post a Comment