Wednesday 7 January 2015

Rumah Adat, Pakaian Adat dan Alat Musik Tradisional Lombok



Artikel ini diambil dari berbagai sumber artikel-artikel yang ada di internet, dengan harapan artikel ini mempunyai cakupan yang luas dan memudahkan pembaca yang menginginkan pengetahuan dari Rumah Adat, Pakaian Adat dan Alat Musik dari daerah Lombok.
Rumah Adat, Pakaian Adat dan Alat Musik Tradisional Lombok

Rumah Adat Sasak

Asal Usul Suku Sasak
Nenek moyang Suku Sasak berasal dari campuran penduduk asli Lombok dengan para pendatang dari Jawa Tengah yang terkenal dengan julukan Mataram, pada jaman Raja yang bernama Rakai Pikatan dan permaisurinya Pramudhawardani. Kata sasak itu sendiri berasal dari kata sak-sak yang artinya sampan. Karena moyang orang Lombok pada jaman dulu berjalan dari daerah bagian barat Lombok (lurus) sampai kearah timur terus menuju sebuah pelabuhan di ujung timur pulau yang sekarang bernama Pelabuhan Lombok. Mereka banyak menikah dengan penduduk asli hingga memiliki anak keturunan yang menjadi raja sebuah kerajaan yang didirikan yang bernama Kerajaan Lombok yang berpusat di Pelabuhan Lombok. Setelah beranak pinak, sebagai tanda kisah perjalanan dari Jawa memakai sampan (sak-sak), mereka menamai keturunannya menjadi suku Sak-sak, yang lama-kelamaan menjadi Sasak.
Para pelancong juga bisa menyaksikan secara langsung bagaimana kehidupan sebenarnya suku Sasak yang berada di Desa Rambitan, Sade ini. Pelancong bisa menempuh jarak sekitar 25 menit dari Bandara untuk sampai ke Lokasi ini. Disana, pra pengunjung akan disuguhi dengan keunikan rumah adat sasak yang sangat unik. Rumah tersebut terbuat dari bahan utama bambu yang mereka ambil dari hutan atau kebun sekitar mereka.



Untuk dindingnya, warga setempat membuat anyaman agar bisa digunakan sebagai pembatas setiap ruangan atau dinding. Sedangkan bambu yang masih berbentuk batangan, digunakan untuk tiang penyangga rumah. Uniknya, rumah adat sasak ini memiliki atap dengan bentuk layaknya gunungan yang menukik ke bawah jika dilihat dari kejauhan. Atap rumah tradisional suku sasak ini terbuat dari jerami atau akar alang-alang. Sedangkan untuk bagian lantainya, rumah adat sasak Sade ini menggunakan tanah dengan campuran batu bata, abu jerami dan juga getah pohon. Seluruh bahan bangunan (seperti kayu dan bambu) untuk membuat rumah adat tersebut di dapatkan dari lingkungan sekitar mereka, bahkan untuk menyambung bagian-bagian kayu tersebut, mereka menggunakan paku yang terbuat dari bambu. Rumah adat suku Sasak hanya memiliki satu pintu berukuran sempit dan rendah dan tidak memiliki jendela. Orang Sasak juga selektif dalam menentukan lokasi tempat pendirian rumah. Mereka meyakini bahwa lokasi yang tidak tepat dapat berakibat kurang baik kepada yang menempatinya.
Misalnya, mereka tidak akan membangun rumah di atas bekas perapian, bekas tempat pembuangan sampah, bekas sumur dan pada posisi jalan tusuk sate ataususur gubug. Selain itu, orang Sasak tidak akan membangun rumah berlawanan arah dan ukurannya berbeda dengan rumah yang lebih  dahulu ada. Menurut mereka, hal tersebut merupakan perbuatan melawan tabu (maliq-lenget).
Rumah adat suku Sasak pada bagian atapnya berbentuk seperti gunungan, menukik ke bawah dengan jarak 1,5 sampai 2 meter dari permukaan tanah (fondasi). Atap dan bubungannya (bungus) terbuat dari alang-alang, dindingnya dari anyaman bambu (bedek), hanya mempunyai satu berukuran kecil dan tidak ada jendelanya.
Ruanganbale dalem juga dilengkapi amben, dapur dan sempare (tempat menyimpan makanan dan peralatan rumah tanggan lainnya) tersebut dari bambu ukuran 2 x 2 meter persegi. Kemudian ada sesangkok (ruang tamu) dan pintu masuk dengan sistemsorong (geser). Di antara bale luar dan bale dalem ada pintu dan tangga (tiga anaktangga) dan lantainya berupa campuran tanah kotoran kerbau/kuda, getah dan abu jerami.
Ada satu kebiasaan suku sasak yang mungkin terdengar di luar nalar, yakni melumuri lantai rumah dengan kotoran. Biasanya kotoran yang digunakan berasal dari ternak mereka, baik kerbau maupun sapi yang sudah dibakar dan dihaluskan. Mereka melakukan kebiasaan ini karena ingin menjaga permukaan lantai supaya tidak mudah retak dan lembab. Anda bisa membayangkan bagaimana rupanya lantai Bale Tani bukan? Tapi jangan salah, sekalipun terbuat dari kotoran sapi murni, lantai Bale Tani lebih mirip terbuat dari tanah liat, atau malah lebih telihat terbuat dari semen sungguhan bila dilihat dari kejauhan. Yah, mungkin inilah keunikan suku Sasak yang ingin selalu menyatu dengan alam yang telah memberi keberkahan kepada mereka.

Selain lantainya yang unik, ternyata ada cerita lain yang tak kalah unik, yaitu perihal pasangan rumah tangga yang tidak boleh tidur dalam satu ruangan. Menurut penjelasan Mas Atrium, yang boleh tidur dalam ruang utama Bale Tani hanyalah para pengantin baru.

Setelah masa tertentu, mereka pun harus berpisah saat malam tiba. Perempuan dan laki-laki ternyata dipisahkan kala malam, perempuan tidur di dalam, sedang yang laki-laki tidur di bagian luar bale yang lebih menyerupai teras. Bayi laki-laki diperbolehkan tidur dengan ibunya sampai usia tertentu, sebelum akhirnya diharuskan berpisah dengan sang ibu. Bahkan dipercaya, melumuri lantai dengan kotoran dapat menjadi pengusir nyamuk paling alami.
Dalam adat masyarakat lombok, rumah adat sasak ini memiliki posisi cukup penting untuk kehidupan manusia, yakni sebagai tempat privasi keluarga untuk berlindung. Bahkan bukan hanya berlindung secara jasmani, namun juga untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya. Maka dari itu, bila kita memperhatikan arsitektur rumah adat suku sasak dengan cermat, kita dapat menemukan bahwa rumah tersebut memiliki estetika, lokal masyarakatnya. Setiap ruangan dalam rumah, dibagi berdasarkan kegunaan masing-masing, seperti untuk tempat tidur, ruang melahirkan para ibu, tempat menyimpan harta dan penyimpanan jenazah sebelum dikebumikan.

Bangunan rumah dalam komplek perumahan Sasak terdiri dari beberapa macam, diantaranya adalah Bale Tani, Bale Jajar, Berugag/Sekepat, Sekenam, Bale Bonter, Bale Beleq Bencingah, dan Bele Taj uk. Dan nama bangunan tersebut disesuaikan dengan fungsidari masing-masing tempat.
1.  Bale Tani adalah bangunan rumah untuk tempat tinggal masyarakat Sasak yang berprofesi sebagai petani.

2.  Bale Jajar Merupakan bangunan rumah tinggal orang Sasak golongan ekonomi menengah keatas. Bentuk Bale Jajar hampir sama dengan Bale Tani, yang membedakan adalah jumlah dalem balenya.


3.  Berugaq / Sekepat Berfungsi sebagai tempat menerima tamu, karena menurut kebiasaan orang Sasak, tidak semua orang boleh masuk rumah. Berugaq / sekupat juga digunakan pemilik rumah yang memiliki gadis untuk menerima pemuda yang datang midang  (melamar).
4.  Sekenam Digunakan sebagai tempat kegiatan belajar mengajar tata krama, penanaman nilai-nilai budaya dan sebagai tempat pertemuan internal keluarga.
5.  Bale bonter Dipergunakan sebagai ternopat pesangkepan / persidangan adat, seperti:   tempat penyelesaian masalah pelanggaran hukum adat  dan sebagainya. Umumnya




PAKAIAN ADAT LOMBOK
Busana Adat Sasak : adalah busana yang dibuat dipakai serta didukung oleh masyarakat sasak . Busana Adat Sasak dalam perkembanganya dipengaruhi oleh budaya Etnis Melayu, Jawa, Bali dan Bugis. Pengaruh dari berbagai etnis tersebut beralkulturasi menjadi satu dalam tampilan Busana Adat Sasak. Busana adat Sasak di berbagai lokus budaya/ sub etnik juga kita dapatkan berbagai bentuk variasi yang mencirikannya. Dikarenakan budaya Sasak bersendikan agama maka busana Sasak disesuikan dengan aturan agama yang dianut ( mayoritas orang Sasak ; pemeluk Islam). Pemakaian busana adat dilakukan untuk kegiatan yang berkenaan dengan adat dengan tatacara yang beradat. Busana Adat berbeda dengan pakaian kesenian yang boleh memakai “sumping” , berkaca mata hitam, menggunakan pernik-pernik yang menyala keemasan. Dalam ketentuan dalam seminar dan lokakarya Pakain Adat Sasak yang dihadiri oleh para budayawan dan masyarakat adat, telah disepakati pedoman dasar busana adat sasak , jenis dan maknanya sbb.
A. Busana Adat Sasaq laki-laki dan maknanya :
- Capuq/Sapuk ( batik, palung , songket) : Sapuk merupakan mahkota bagi pemakainya sebagai tanda kejantanan serta menjaga pemikiran dari hal-hal yang kotor dan sebagai lambang penghormatan kepada Tuhan yang maha esa. Jenis dan cara penggunaan sapuq pada pakaian adat sasak tidak dibenarkan meniru cara penggunaan sapuq untuk ritual agama lain. 
-Baju Pegon ( warna gelap ) : Pegon merupakan busana pengaruh dari jawa merupakan adaptasi jas eropa sebagai lambang keanggunan dan kesopanan. Modifikasi dilakukan bagian belakang pegon agak terbuka untuk memudahkan penggunaak keris. Bahan yang digunakan sebaiknya berwarna polos tidak dibuat berenda-renda sebagaimana pakaian kesenian.
-Leang / dodot / tampet ( kain songket) : motif kain songket dengan motif subahnale, keker, bintang empet dll ) bermakna semangat dalam berkarya pengabdian kepada masyarakat.
-Kain dalam dengan wiron / cute : bahannya dari batik jawa dengan motif tulang nangka atau kain pelung hitam. Dapat juga digunakan pakain tenun dengan motif tapo kemalo dan songket dengan motif serat penginang .Hindari penggunaan kain putih polos dan merah . Wiron / Cute yang ujungnya sampai dengan mata kaki lurus kebumi bermakan sikap tawadduk-rendah hati.
-Keris : Penggunaan keris disisipkan pada bagian belakang jika bentuknya besar dan bisa juga disisipkan pada bagian depan jika agak kecil. Dalam aturan pengunaan keris sebagai lambang adat muka keris ( lambe/gading) harus menghadap kedepan, jika berbalik bermakna siap beperang atau siaga. Keris bermakna : kesatriaan- keberanian dalam mempertahankan martabat. Belakangan ini karena keris agak langka maka diperbolehkan juga menyelipkan “pemaja” (pisau kecil tajam untuk meraut).
-Selendang Umbak ( khusus untuk para pemangku adat ): Umbak adalah sabuk gendongan yang dibuat dengan ritual khusus dalam keluarga sasak. Warna kain umbak putih merah dan hitam dengan panjang sampai dengan empat meter. Dihujung benang digantungkan uang cina ( kepeng bolong). Umbak sebagai pakaian adat hanya digunkan oleh para pemangku adat, pengayom masyarakat. Umbak untuk busana sebagai lambang kasih sayang dan kebijakan.
B. Busana Adat Perempuan dan maknanya :
-Pangkak : Mahkota pada wanita berupa hiasan emas berbentuk bunga-bunga yang disusun sedemikian rupa disela-sela konde.
-Tangkong : Pakaian sebagai lambang keanggunan dapat berupa pakaian kebaya dari bahan dengan warna cerah atau gelap dari jenis kain beludru atau brokat. Dihindari penggunaan model yang memperlihatkan belahan dada dan transparan .
-Tongkak : Ikat pinggang dari sabuk panjang yang dililitkan menutupi pinggang sebagai lambang kesuburan dan pengabdian - Lempot : Berupa selendang/kain tenun panjang bercorak khas yang disampirkan di pundak kiri. Sebagai lambang kasih sayang.
-Kereng : Berupa kain tenun songket yang dililitkan dari pinggang sampai mata kaki sebagai lambang kesopanan, dan kesuburan.
-Asesoris : Gendit /Pending berupa rantai perak yang lingkarkan sebagai ikat pinggang, Onggar-onggar ( hiasan berupa bunga-bunga emas yang diselipkan pada konde) jiwang / tindik (anting-anting), Suku /talen/ ketip ( uang emas atau perak yang dibuat bros) kalung dll.


6 Perlengkapan Pakaian Adat Pria Suku Sasak


Suku sasak merupakan suku bangsa yang mendiami pulau lombok, Nusa Tenggara Barat. Seperti daerah lain di Indonesia, masyarakat suku sasak juga memiliki berbagai tradisi dan kebudayaan yang sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai yang tertanam dalam kehidupan masyarakat suku sasak. Salah satunya terdapat pada pakaian adat tradisional suku sasak yang biasa dikenakan pada berbagai upacara atau ritual adat tertentu. Berbagai kelengkapan yang terdapat pada pakaian adat kaum pria suku sasak diantaranya sapuk, baju pegon, leang, kain dalam dengan wiron, keris serta selendang umbak. 

Capuq atau Sapuk
Sapuk merupakan mahkota yang digunakan sebagai lambang penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta menjaga pemikiran pemakainya dari hal-hal yang kotor dan tidak baik. Sekilas bentuk sapuk yang dikenakan oleh masyarakat suku sasak tidak jauh berbeda dengan ikat kepala dari Bali. Untuk penggunaan sehari-hari jenis sapuk yang digunakan yaitu berbentuk segitiga sama kaki, sedangkan untuk ritual khusus seperti upacara adat atau ritual khusus biasanya menggunakan sapuk jadi atau perade yang terbuat dari bahan songket benang emas. 
Sumber : http://lombok-inges.blogspot.com/
Baju Pegon
Baju pegon merupakan perlengkapan pakaian adat suku sasak yang mendapat pengaruh dari jawa yang mengadopsi model jas eropa sebagai lambang keanggunan dan kesopanan. Untuk memudahkan penggunaan keris model jas tersebut kemudian dimodifikasi menjadi agak terbuka pada bagian belakang pegon.  Bahan kain yang digunakan untuk membuat baju pegon umumnya berwarna gelap dan tidak bermotif. 
Pakaian Adat Pria Suku Sasak
Sumber : http://apm-martaya.blogspot.com/
Leang atau Dodot
Leang atau dodot merupakan kain songket yang berfungsi untuk menyelipkan keris. Beragam motif yang terdapat pada kain songket ini diantaranya motif subahnale, keker, bintang empet yang bermakna semangat dalam berkarya pengabdian kepada masyarakat.
Kain Dalam Dengan Wiron
Jenis kain yang digunakan sebagai penutup tubuh bagian bawah ini digunakan sampai sebatas mata kaki dengan ujung lurus kebawah sebagai lambang sikap tawadduk dan rendah hati. Kain yan digunakan berasal dari bahan batik jawa dengan motif tulang nangka atau kain pelung hitam, dapat pula menggunakan motif tapo kemalo dan songket dengan motif serat penginang. Dalam penggunaan kain wiron tidak diperkenankan menggunakan kain polos berwarna putih atau merah. 
Pakaian Adat Pria Suku Sasak
Sumber : http://lombok-inges.blogspot.com/
Keris
Penggunan keris sebagai pelengkap pakaian adat suku sasak digunakan sebagai lambang kesatriaan dan keberanian dalam mempertahankan martabat. Dalam aturannya pengunaan keris sebagai lambang adat bagian mukanya harus menghadap kedepan, jika terbalik maka berubah makna menjadi siap beperang atau siaga. Pada perkembangannya penggunaan keris sendiri dapat diganti dengan pisau raut atau pemaja. 

Sumber : http://bittersweetwordsleftunsaid.wordpress.com/
Selendang Umbak
Selendang umbak merupakan sabuk yang khusus diperuntukkan bagi para pemangku adat atau pengayom masyarakat yang dibuat dengan ritual khusus dalam keluarga sasak. Jenis kain yang digunakan umumnya berwarna merah dan hitam dengan panjang berkisar empat meter yang dihiasi dengan uang cina (kepeng bolong). Umbak sebagai pakaian adat hanya digunkan oleh para pemangku adat, pengayom masyarakat. Umbak untuk busana sebagai lambang kasih sayang dan kebijakan.
Pakaian Adat Pria Suku Sasak

lumbung padi suku sasak
Lumbung Padi Suku Sasak

alat musik lombok


1.  Gengong
Alat musik ini termasuk dalam jenis alat musik tiup yang terbuat dari pelepah daun enau. Secara etimologis kata genggong berasal dari kata geng (suara tinggi) disebut genggong lanang dan gong (suara rendah) disebut wadon, sehingga musik genggong selalu dimainkan secara berpasangan. Musik genggong secara orkestra dapat dimainkan dengan alat musik yang lain seperti petuq, seruling, rincik dan lain-lain. Orkestra tradisional Lombok, yang cenderung bersuara lemah. Acap kali dimainkan ketika terjadi gerhana bulan. Lagu yang dimainkan antara lain, gending kacang goreng, meong begarang, papar paoq, entun taek gunung, bebalu ngadang, kanak besiaq dan lain-lain.
Alat musik genggong yang mengiringi: tiga buah genggong yang berfungsi sebagai pembawa akord, sebuah suling genggong, sebuah petuk genggong, sebuah rincik dan sebuah gong genggong. Berukuran serba kecil terbuat dari seruas bambu panjang 315 mm dengan garis tengah 65 mm. Genggong semula hidup di Desa Barejulat, Jonggat, Lombok Tengah.

2.  Mandolin
Alat ini merupakan sebuah alat musik petik tradisional yang mempunyai senar dan dimainkan seperti biola. Sering dipakai untuk mengiringi tari rudat dan lagu-lagu tradisonal. Alat musik ini dapat dipadukan dengan alat musik lainnnya untuk mengiringi lagu-lagu tradisional.




3.  semprong 
Di pulau Lombok, yang mayoritas dihuni oleh suku sasak, ada sebuah kesenian tradisional yang keberadaannya hampir punah, yaitu kesenian musik Semprong. Mungkin tak banyak yang tahu tentang kesenian yang satu ini.Pada dasarnya musik yang mempergunakan bamboo sebagai alatnya, tidak jauh beda dengan seni musik tradisional Iduridu milik suku Aborigin, suku asli yang ada di negeri kangguru Australia.
Ada tiga alat musik utama yang digunakan, yaitu semprong, suling dan pengkelek hujan. Ada dua jenis semprong yang digunakan yaitu berukuran besar dan kecil. Semprong kecil yang berukuran 80 cm dibuat dari kayu selelo, sementara semprong besar yang berukuran satu meter lebih menggunakan bambu sentul yang berbuku panjang. Bambu tersebut kemudian dibentuk seperti terompet. Dipilihnya bamboo jenis selelo dan sentul ini, karena kedua jenis bamboo inilah yang mampu menghasilkan nada dengan baik.

Tamborin ala musik Semprong ini dinamakan Pengkelek hujan, berbahan baku sama, bamboo. Suara gemerincing yang dihasilkan bukan dari lempengan besi yang disatukan layaknya tamborin, tetapi dari tulang-tulang binatang buas yang dimasukkan kedalam bamboo pengkelek hujan. Kumpulan tulang binatang seperti tulang buaya, macan, ikan hiu, dan berbagai tulang binatang buas lainnya itu, dipercaya sebagai mantra yang menyampaikan pesan ke langit agar hujan turun, karena bagi masyarakat sasak, dijaman dahulu, musik semprong merupakan musik pemanggil hujan.
“Semprong menghadirkan nada penghormatan kepada alam, sehingga mampu menghadirkan berbagai nada yang mencitrakan tunduk pada alam, seperti suara ombak, suara pemujaan, suara binatang seperti anjing, dan berbagai suara alam yang lain” terangnya kembali.Memang bila disimak alunan nada yang dihasilkan, mampu menggiring imajinasi untuk berkelana menembus ruang dan waktu. Seakan berjalan di tengah hutan seraya mendengarkan orkestrasi alam yang megah, hingga sesekali diajak untuk menembus lautan, mendengarakan lantunan nada dari gemericik ombak yang menghempas lautan, atau Susana pedesaan yang penuh dengan ketenangan dan sangat bersahaja. Sebuah visualisasi yang tercipta dari lantunan nada musik semprong.Mendengarkan musik semprong, tidak semudah memainkannya. Dibutuhkan kiat khusus untuk menghadirkan untaian nada. Hal inilah yang menjadi salah satupenghambat proses regenerasi di kesenian yang satu ini, walaupun hal tersebut bukanlah sesuatu yang vital, karena semua memang memerlukan proses pembelajaran.“Semprong menghasilkan nada bass di setiap tiupannya. Dan untuk meniup alat ini tidaklah gampang, karena menggunakan rongga diafragma, atau nafas dada dan tenggorokan, agar menbciptakan harmonissasi dengan alat lainnya, yaitu suling denngan pengkelek hujan,

4.  slober
Kesenian slober adalah salah satu jenis musik tradisional Lombok yang tergolong cukup tua, alat-alat musik nya sangat unik dan sederhana yang terbuat dari pelepah enau yang panjang nya 1 jengkal dan lebar 3 cm.Kesenian slober didukung juga dengan peralatan lainnya yaitu gendang, petuk, rincik, gambus, seruling. Nama kesenian slober diambil dari salah seorang warga desa Pengadangan Kecamatan Pringgasela yang bernama Amaq Asih alias Amaq Slober.Kesenian ini salah satu kesenian yang masih eksis sampai saat ini yang biasanya dimainkan pada setiap bulan purnama.

5.      rebana budrah

Sebuah bentuk alat musik hasil akulturasi kebudayaan bangsa Arab dengan etnis Sasak. Rebana Burdah dipadukan dengan syair-syair pujian terhadap Allah SWT dan riwayat Nabi Muhammad SAW yang dipetik dari kitab karya sastra Arab Al Baranzi.Kebudayaan Lombok timur identik dengan budaya islam karena sebagian masyarakatnya beragama islam. Salah satu Sebuah bentuk alat musik akulturasi kebudayaan bangsa Arab dengan etnis Sasak. Musik jenis ini banyak sekali dijumpai di daerah Lombok. Seluruh alat (instrumen) orkestra ini terbuat dari kulit dan kayu. Tetapi dalam perkembangannya ada yang menambah alatnya dengan instrumen besi (rincik, kenceng).Jumlah instrumen orkestra rebana ini tidak selalu sama. Ada yang hanya  terdiri dari 12 buah

Musik rebana sering dipakai dalam mengiringi arak – arakan pengantin (nyongkol) yaitu arak – arakan pengantin pada waktu pesta perkawinan dimana penganten laki – laki dan penganten perempuan diarak dari rumah penganten laki ke rumah penganten perempuan. Selain itu juga di gunakan untuk arak-arakan khitan.  Rebana pada awalnya digunakan untuk mengiringi dzkir yang disebut “burdah” atau “kesidah”. Di desa Lendang Nangka, kesenian Rebana ini terdapat di Dusun Punik.

6.  Gendang beleq

Gendang Beleq disebut juga tari tradisional Lombok. Disebut demikian karena alat musik utama yang dipakai sebagai pengiring dalam tari ini terdiri atas dua buah gendang besar ( beleq ) yang melebihi ukuran gendang biasa dan sekaligus sebagai property tari. Selain disebut tari gendang beleq, tari ini diesebut tari kecodak ( Lombok Barat ) dan tari oncer ( Lombok Tengah ).
Penarinya terdiri atas dua orang penari gendang beleq, 4/6 penari copeh/oncer ( disebut demikian karena para penari sambil menari memegang alat musik copeh yang sewaktu-waktu dimainkan mengikuti irama musik ) dan satu orang penari petuk ( membawa alat musik petuk yang dimainkan  mengikuti irama musik .penyajianny ter bagi menjadi 3, yaitu:
a.    Bagian pertama, ditarikan bersama oleh penari oncer, gendang, dan petuk. Bagian ini merupakan gambaran keberangkatan prajurit ke medan perang.
b.    Bagian kedua, ditarikan oleh penarti petuk dengan gerak-gerak yang lucu. Bagian merupakan tari untuk menghibur.
c.    Bagian ketiga, ditarikan bersama penari oncer, gendang dan petuk. Bagian ini merupakan gambaran setelah peperangan selesai


Orkestra ini terdiri atas dua buah gendang beleq yang disebut gendang mama (laki-laki) dan gendang nina (perempuan), berfungsi sebagai pembawa dinamika.Sebuah gendang kodeq (gendang kecil), dua buah reog sebagai pembawa melodi masing-masing reog mama, terdiri atas dua nada dan sebuah reog nina, sebuah perembak beleq yang berfungsi sebagai alat ritmis, delapan buah perembak kodeq, disebut juga copek. Perembak ini paling sedikit enam buah dan paling banyak sepuluh. Berfungsi sebagai alat ritmis, sebuah petuk sebagai alat ritmis, sebuah gong besar sebagai alat ritmis, sebuah gong penyentak, sebagai alat ritmis, sebuah gong oncer, sebagai alat ritmis, dan dua buah bendera merah atau kuning yang disebut lelontek.Menurut cerita, gendang beleq ini dulu dimainkan kalau ada pesta-pesta kerajaan, sedang kalau ada perang berfungsi sebagai komandan perang, sedang copek sebagai prajuritnya. Kalau perlu datu (raja) ikut berperang, disini payung agung akan digunakan.Sekarang fungsi payung ini ditiru dalam upacara perakawinan. Gendang beleq dapat dimainkan sambil berjalan atau duduk. Komposisi waktu berjalan mempunyai aturan tertentu, berbeda dengan duduk yang tidak mempunyai aturan.
7.  barong tengkok

Barong tengkok merupakan salah satu music orchestra daerah Lombok, disebut barong tengkok karena salah satu alat musiknya diletakkan pada wadah berbentuk barong atau singa, sedang cara membawanya di “tengkok”  atau digendong di bahu kiri, untuk menandai barong jantan dan betina dapat dilihat dari ekor barong tersebut. Kalau ekornya satu berarti jantan, dan bila terdiri atas beberapa lembar kain maka berarti betina. Music ini sebagian besar terdiri atas alat music yang dipukul, sedang dua buah lainnya merupakan alat music tiup, dan lam penyajiannyamempergunakan alat music yang terdiri dari : Kenceng sebanyak 6 pasang berfungsi sebagai alat perkusi. Gendang 1 buah, Gong 1 buah, suling 3 buah berfungsi sebagai pembawa melodi, dalam penyajiannya biasanya pembawa barong tengkok sambil menaridan diikuti oleh penari teleq yang berfungsi seola-olah sebagai penggembala dari kedua barong tersebut. Fungsi barong tengkok berfungsi sebagai hiburan pada acara perkawinan, khitanan dan memeriahkan hari-hari besar nasional dan dapat disajikan dalam posisi duduk atau rak-arakan. Baron tenkok salah satu jenis musik orkestra Lombok, terdiri dari krenceng enam pasang, satu buah gendang dan sebuah petuk. Barong lanang/wadon yang berfungsisebagai tempat reog sebuah gong dan tiga buah seruling sebagai pembawa melodi. Disebut barong tengkok karena salah satu alatnya (reog) diletakkan pada bentuk barong yang dibawa dengan ditengkokkan



Demikian sedikit ulasan mengenai Rumah Adat, Pakaian Adat dan Alat Musik Tradisional Lombok semoga bermanfaat, dan terimakasih kepada penulis – penulis artikel yang ada diinternet.


No comments:

Post a Comment