Friday 26 December 2014

Rumah Adat, Pakaian Adat dan Alat Musik Tradisional Jawa Barat

Artikel ini diambil dari berbagai sumber artikel-artikel yang ada di internet, dengan harapan artikel ini mempunyai cakupan yang luas dan memudahkan pembaca yang menginginkan pengetahuan dari Rumah Adat, Pakaian Adat dan Alat Musik dari daerah Jawa Barat.
Rumah Adat, Pakaian Adat dan Alat Musik Tradisional Jawa Barat
Rumah Adat Jawa Barat
Jawa Barat memiliki beberapa jenis rumah adat. Perbedaan rumah adat terletak pada arsitektur atapnya. Masyarakat Jawa Barat menyebutnya suhunan. Masing-masing atap memiliki fungsi dan manfaat yang berbeda.

Berikut Rumah Adat Jawa Barat berdasarkan bentuk atap:
1.Badak Heuay
Filosofi Rumah Sunda
Bentuk atap badak heuay memanjang bagaikan togog yg memiliki bentuk unik yaitu bentuk atap dengan bagaian depan dan belakang yang memanjang sehingga kalau di lihat seperti hewan seekor badak.

2.Jolopong
Image
Jolopong merupakan salah satu rumah adat jawa barat yang mempunyai bentuk memanjang seperti pelana kuda. Masyarakat sunda biasanya mennamainya sebagai "gagajahan / regol".

3.Tagog Anjing
Filosofi Rumah Sunda
dari archive.kaskus.co.id
rumah tagog anjing ini bentuk bangunan mirip dengan bentuk badak heuay, tetapi ada sambungan kebagian depan dan sedikit turun. Ciri khas rumah tagog anjing ini adalah bentuknya yang menyerupai binatang anjing yang sedang duduk

4.Perahu Kemureb (Nangkub)

 dari andirustandisunarya.wordpress.com
Ciri khas rumah ini terletak bentuk atabnya yang menyerupai bentuk perahu yang terbalik.

5.Buka Palayu

Desain Buka Palayu yang unik dengan teras yang panjang dan luas dan bentuk atap yang hampir sama dengan bentuk atap rumah adat betawi merupakan ciri khas rumah ini

6.Capit Gunting

Rumah adat jenis Capit Gunting ini sangat unik. Karena bentuk dan struktur rumah yang cantik. Ada lagi,
yaitu bentuk atap-atapnya yang menyerupai gunting pada unjung atap

7.Julang Ngapak

dari andirustandisunarya.wordpress.com
Julang Ngapak merupakan rumah adat Sunda yang bentuk bangunan rumahnya memiliki susunan dengan bagian sisi kiri kanan agak lebar ke samping. Ada juga yang menyebutnya Sorondoy. Bentuk bidang dalam rumah tipe ini mempunyai dua bidang atap yang dipisahkan oleh jalur suhunan di tengah bangunan. Bentuk ini merupakan bentuk paling sederhana. Pada awalnya, rumah tipe ini hanya dibangun di sawah, digunakan sebagai saung atau tempat istirahat siang di sawah. Istilah Julang Ngapak diperoleh dari bentuk burung yang sedang mengepakkan sayap.
Nah yang satu ini juga unik yaitu bentuknya yang seperti burung terbang di langit.
Ada istilah lain yang ada dalam rumah Adat Sunda :
  • Para yaitu ruangan yang ada di antara langit-langit dan atap biasanya tempat menyimpan bahan makanan yang umur nya lama seperti huma atau jagung.
  • Para Seuneu digunakan buat menyimpan persediaan kayu bakar atau bisa juga di pakai buat ngunun (makanan yang di keringkan)
  • Hawu yaitu tempat perapian
  • Catang Hawu yaitu terletak di atas hawu, biasanya suka di pake buat menyimpan makanan yang baru di pais (pepes) atau di bakar
  • Parako terletak di depan hawu biasanya di pake buat menghangatkan badan atau dalam bahasa Sunda di sebut siduru
  • Babancik (teras) biasanya terdapat di depan pintu masuk di bagian depan.
  • Bangbarung yaitu terletak di pintu ( buat ngelangkah kalo mau masuk atau keluar )
  • Golodog yaitu sama seperti babancik tapi letak nya di pintu belakang.Golodog terbuat dari kayu atau bambu, biasanya tidak lebih dari dua atau tiga anak tangga. Golodog berfungsi pula untuk membersihkan kaki sebelum naik ke dalam rumah.
  • buruan /pipir ( halaman )
  • Kolong biasanya di gunakan untuk tempat hewan peliharaan seperti ayam / itik
RUMAH ADAT KASEPUHAN Rumah warga masyarakat Kasepuhan adalah Hateup salak Tihang Cagak yang berarti bentuk dan type rumah adat adalah rumah panggung menggunakan atap daun [kiray dan daun tepus] dengan bilik bambu dan tiang kayu, atau juga bisa berarti harus menggunakan bahan-bahan alami. bagian rumah terbagi dalam 5 (lima) tahapan seperti umpak, kolong, beuteung, para dan hateup, semua memiliki fungsi yang telah dirancang leluhur untuk guna dan manfaat penghuninya. Bentuk rumah panggung adalah bentuk rumah yang sudah dipakai lama oleh leluhurA di tatar sunda, dari sabang sampai merauke sebelum adanya pengaruh luar yang dibawa pada era kolonial, menggunakan bentuk rumah yang sama, rumah panggung. Salah satu nilai fungsinya adalah tahan getaran ketika gempa terjadi, fleksibiltas membuat bangunan tetap utuh karena bahan alam. Rupanya leluhur sangat faham akan kontur tanah yang vulkanis dengan gunung berapi dimana-mana, sehingga bangunan yang cocok di tanah air ini adalah bangunan seperti ini. selain itu juga dengan bahan atap yang ringan dari dedaunan dan diikatkan pada layeus, tak ada ketakutan ketika gempa datang. Kearifan lokal yang telah dirancang leluhur untuk kepentingan anak cucu di kemudian hari bisa kita lihat dari bentuk rumah panggung itu sendiri. 1. Umpak, menggunakan batu menahan hubungan langsung dengan tanah sehingga tidak membuat kayu menjadi cepat lapuk dan menahan serangan rayap. 2. Kolong, selain berfungsi untuk peternakan dimana ayam dan bebek bisa di simpan didalamnya, juga membuat jarak dengan tanah. pemahaman kami tentang tanah adalah bumi bernafas, siang hari menarik panas dan malam hari mengeluarkan panas , sebuah proses alami tentang terbentuknya energi bumi.leluhur telah menetapkan dalam tatanan aturan adat yang ketika disadari ternyata lebih aman dan lebih sehat dibanding rumah yang langsung kontak dengan tanah. 3. Beuteung atawa eusi [perut dan isi] yang menjadi bagian tengahnya, mnggunakan bahan bilik bambu. bahan yang sangat lentur dan fleksibel dengan kekuatan yang telah dibuktikan oleh para arsitektur modern sekarang, bahwa bambu memiliki kekuatan dan kelenturan yang jauh lebih baik dibanding besi dan baja sekalipun. 4. Para adalah tempat penyimpanan bahan makanan dan bibit-bibitan berada di bagian atasnya dapur, walaupun berwarna hitam karena jelaga tetapi bahan makan akan terjaga kondisinya ketika disimpan di para. sebelum ada refregerator atau kulkas, leluhur telah mewariskan tempat yang paling konndusif untuk menyimpang segala bahan makanan dan gudang. belakangan banyak dibicarakan tentang teknologi pengasapan sebagai cara yang terbaik untuk penyimpanan bahan makanan, kemudian sekarang ini digali lagi dan dikembangkan kerena nilai kesehatan dan keawetannya. 5. Hateup atau atap. harus menggunakan bahan dedaunan, rupanyawarisan ini sebagai penghormatan terhadap alam sebagai guru, dengan meniru dan menempat lam diposisinya itulah yang terbaik untuk hidup dan kehidupan manusia. Disini posisi daun menempati posisi paling atas dalam bangunan adat, kayo adalah penopang, dan batu menjadi dasar, sedangkan tanah seharusnya berada di posisi paling bawah. dalam pandangan ajaran leluhur kami tidak menempatkan tanah diatas kepala, selain itu juga berat bebannya, apalagi ketika ditanyakan ` apa disebut nya ketika tanah sudah berada diatas kepala?`. Dibeberapa bangunan lain daun ilalang dan honje dipergunakan juga menggunakan Talahab untuk kandang dan kamar mandi. dan akan lebih tahan lama kalau atap dilapisi lagi dengan Injuk, Ijuk ini berfungsi menahan air dan angin. ketika air hujan turun ijuk menjadi filters air yang sangat baik mampu menetralisir kandungan asam yang dibawa hujan, adakah filter yang baik lagi selain ijuk? Arah bangunan warga adat Ciptagelar nampaknya berbeda dengan masyarakat adat Baduy dan kampung Naga dan adat lainnya yang bisa terlihat dari arah bangunan yang seragam dan searah, ketika anda suatu saat berkunjung ke tempat kami maka akan didapati arah bangunan lebih menyesuaikan dengan kontur tanah dan keselarasan dengan bangunan yang lainnya, perhitungan baik buruk penghuniya kalau di tempat lain dikenal sekarang dengan istilah fengshui dan hongsui yang dihitung juga berdasarkan hari baik personal tiap pemiliknya. sedangkan jenis bangunan yang dipakai diistilahkan oleh bagian Pangabasan seperti Saung Kandang, Sontog, Julang Ngapak, Jingjing Regis dan Tagog Anjing Bagian -bagian dalam rumah Pembagian ruang dalam rumah warga adat umunya terbagi dalam dua bagian Imah dan Pawon , Imah bisa berupa ruang tengah yang juga ada kamar-kamar disalah satu sisinya, Pawon adalah dapur untuk memasak dan menyimpan makanan dan bahan makanan.ukurannya bisa berbanding sama besarnya. kenapa? karena pawon bagi kami lebih banyak melakukan aktifitas masak-memasak dan lebih hangat, dan lebih seperti ruang tamu bagi siapapun yang berkunjung. Hawu atau tungku masak, terbuat dari bahan batu cadas yang ditempat diatas parako , dengan tempat penyimpanan kayu bakar diatasnya. semua kegiatan memasak nasi dalam aturan adat istiadat harus menggunakan kayu bakar yang diambil dari hutan. sedangkan barang modern seperti kompor minyak dan gas bisa dipergunakan untuk memasak selain nasi.

Kampung Naga; Kampung Adat di Jawa Barat

KAMPUNG NAGA adalah salah satu kampung adat dari sekian kampung-kampung adat yang ada di Jawa barat dan masih tetap melestarikan kebudayaan dan adat leluhurnya. Kampung Naga sendiri terletak di Desa Neglasari Kecamatan Salawu kabupaten Tasikmalaya yang tepatnya berada di antar jalan raya yang menghubungkan antara daerah Garut dengan Tasikmalaya dan berada tepat di sebuah lembah yang subur yang dilalui oleh sebuah sungai bernama sungai Ciwulan yang bermata air di Gunung Cikuray Garut. Jarak dari Kampung Naga ke kota Tasikmalaya sendiri sekitar 30 km. untuk mencapai kampung Naga yang penduduknya memeluk agama Islam ini harus melalui medan jalan yang lumayan terjal yakni harus menuruni anak tangga hingga sungai Ciwulan dengan kemiringan tanah sekitar 45 derajat.

Yang membuat Kampung Naga ini unik adalah karena penduduk kampung ini seperti tidak terpengaruh dengan modernitas dan masih tetap memegang teguh adat istiadat yang secara turun temurun diwariskan oleh nenek moyang mereka. Uniknya lagi, karena areal Kampung Naga yang terbatas hingga tak memungkinkannya lagi mendirikan rumah di kampung itu, banyak penduduk Kampung Naga pada akhirnya menyebar ke berbagai penjuru daerah seperti ke Ciamis dan bahkan Cirebon tapi penduduk yang tak lagi berdiam di Kampung Naga ini tetap saja masih menjunjung tinggi warisan adat budaya leluhurnya. Jika pada hari-hari tertentu Kampung Naga akan diselenggarakan misalnya adat dan upacara sa-Naga yang dipusatkan di Kampung Naga maka penduduk yang tak lagi tinggal di kampung ini pun akan menyempatkan hadir demi ikut berpartisipasi dalam perayaan atau upacara adat tersebut.
Nenek moyang Kampung Naga sendiri konon adalah Eyang Singaparana yang makamnya sendiri terletak di sebuah hutan disebelah barat Kampung Naga. Makam ini dianggap keramat dan selalu diziarahi oleh keturunannya yakni warga Kampung Naga pada saat mereka akan melaksanakan upacara-upacara adat atau yang lainnya. Kepatuhan warga Kampung Naga sendiri dengan tetap menyambangi makam leluhurnya ini sekaligus mempertahankan upacara-upacara adat, termasuk juga pola hidup mereka yang tetap selaras dengan adat leluhurnya seperti dalam hal religi dan upacara, mata pencaharian, pengetahuan, kesenian, bahasa dan sampai kepada peralatan hidup (alat-alat rumah tangga, pertanian dan transfortasi) dan sebagainya dengan dasar karena mereka begitu menghormati budaya dan tata cara leluhurnya. Mereka tetap kukuh dalam memegang teguh falsafah hidup yang diwariskan nenek moyangnya dari generasi ke generasi berikutnya, dengan tetap mempertahankan eksistensi mereka yang khas. Kebiasaan yang dianggap bukan berasal dari nenek moyangnya dianggap tabu untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Pelanggaran terhadap ketentuan tersebut dianggap sebagai pelanggaran adat yang dapat membahayakan bukan saja bagi si pelanggar, tetapi juga bagi seluruh isi Kampung Naga dan bagi orang-orang sa-Naga.
Disamping gaya hidup dan pola kebersamaan mereka yang tak kalah unik dari Kampung Naga adalah struktur bangunan tempat tinggal mereka. Keunikan tersebut tercermin dari bentuk bangunan yang berbeda dari bangunan pada umumnya termasuk letak, arah rumah hingga bahan-bahan yang membentuk rumah itu semuanya selaras dengan alam dan begitu khas. Dengan ketinggian kontur tanah yang berbeda-beda di tiap tempat, maka rumah-rumah di Kampung Naga di buat berundak-undak mengikuti kontur tanah. Deretan rumah yang satu lebih tinggi dari rumah yang lain dengan pembatas sangked-sangked batu yang disusun sedemikian rupa hingga membuat tanah yang di atas meski ada bangunannya tidak mudah longsor ke bawah dan menimpa rumah yang ada di bawahnya. Sekeliling kampung pun dipagari dengan tanaman (pohon bambu) hingga membentuk pagar hidup yang begitu asri.



Dilihat dari bentuk perkampungannya, penduduk Kampung Naga sangat erat kekerabatannya. Hal itu tercermin dari pola rumah yang saling berkelompok dan saling berhadap-hadapan dengan tanah lapang ditengah-tengah sebagai areal bermain anak-anak. Seluruh rumah dan bangunan-bangunan yang ada atapnya memanjang arah barat ke timur, pintu memasuki kampung terletak di sebelah timur, menghadap ke sungai Ciwulan hingga jika dilihat dari ketinggian akan terlihat begitu indah dan mengingatkan kita pada atap-atap rumah di Tiongkok jaman kungfu dulu. Di bagian sebelah barat lapang terdapat bangunan masjid dan pancuran, sejajar dengan masjid terdapat bangunan yang dianggap suci yang dinamakan Bumi Ageung, sebuah bangunan rumah tempat menyimpan barang-barang pusaka serta rumah kuncen (Kepala Adat). Selain itu, terdapat bangunan tempat menyimpan hasil pertanian berupa padi yang disebut leuit
Lebih jauh, menilik pola hidup dan kepemimpinan Kampung Naga kita akan mendapatkan keselarasan antar dua pemimpin dengan tugasnya masing-masing yaitu pemerintahan desa dan pemimpin adat atau yang oleh penduduk Kampung Naga disebut sebagai Kuncen. Peran keduanya saling bersinergi satu sama lain untuk tujuan keharmonisan warga Kampung Naga. Pola kepemimpinan seperti ini mengingatkan saya pada pola kepemimpinan ulama dan umarah. Sang kuncen yang meski begitu berkuasa dalam hal adat istiadat jika berhubungan dengan sistem pemerintahan desa maka harus taat dan patuh pada RT atau RK, pun sebaliknya, Pak RT dan Pak RK pun mesti taat pada sang Kuncen apabila berurusan dengan adat istiadat dan kehidupan kerohanian.
Beralih ke sistem kesenian Kampung Naga, kita akan bersitatap dengan berbagai kesenian tradisional yang tetap dilestarikan keasliannya yang antara lain seperti kesenian terbangan, angklung, dan beluk. Kesenian-kesenian ini biasanya akan ditampilkan bilamana warga Kampung Naga sedang melaksanakan berbagai upacara-upacara adat seperti upacara sasih, upacara berziarah ke kubur keramat nenek moyang dan upacara yang berhubungan dengan bulan-bulan suci atau agung dalam Islam, misalnya bulan Muharram, Maulud, hari Raya Idulfitri, dan sebagainya. Meski begitu, kesenian ini pun kerap kali dipentaskan tidak hanya untuk mengiringi upacara-upacara adat tapi juga pada saat hajatan perkawinan dan khitanan sebagi sarana hiburan sekaligus penyemarak pesta.


Baju Adat Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat yang ibukota Provinsi nya terletak di Bandung mempunyai beberapa suku, diantaranya Suku Sunda sebagai suku mayoritas dan suku Badui yang dibedakan menjadi Suku Badui Dalam dan Suku Badui Luar. Beikut ini adalah informasi penting mengenai pakaian adat Jawa Barat untuk pria dan wanita :




PAKAIAN ADAT PRIA JAWA BARAT :
Terdiri dari baju jas dengan kerah menutup leher yang biasa disebut dengan JAS TAKWA.
Kain batik atau lebih dikenal dengan nama KAIN DODOT dengan motif bebas.
- Celana panjang yang sewarna dengan JAS TAKWA
- Penutup kepala / BENDO
- Kalung
- Sebilah keris yang terselip di belakang pinggang
- Alas kaki atau selop
- Rantai kuku macan atau jam rantai sebagai hiasan JAS TAKWA

PAKAIAN ADAT WANITA JAWA BARAT :
- Baju kebaya motif polos dengan hiasan sulam atau manik-manik
- Kain batik atau disebut juga KAIN KEBAT DILEPE.
- Ikat pinggang, biasa disebut BEUBEUR yang fungsinya untuk mengancangkan kain       KEBAT DILEPE
- Selendang, biasa disebut KAREMBONG yang berfungsi sebagai pemanis.
- Beberapa hiasan kembang goyang yang menghiasi bagian atas kepala serta rangkaian bunga melati yang menghiasi sanggul rambut
- kalung
- Alas kaki / selop yang warnanya sama dengan warna kebaya

Upacara Adat Jawa Barat
Upacara adat di Jawa Barat meliputi upacara daur hidup dan upacara lainnya. Upacara daur hidup, misalnya, daur hidup kelahiran, menjelang dewasa, pernikahan, dan kematian.
Upacara lain yang dilakukan dalam masyarakat Jawa Barat antara lain, Upacara Labuh Laut, yaitu upacara yang dilakukan agar para nelayan mendapat tangkapan ikan yang banyak. Upacara Labuh Laut dilaksanakan setiap tahun pada bulan Suro. Pada pelaksanaan upacara ini biasanya dipersiapkan berbagai jenis tumpeng dan sesaji.

Upacara Labuh Laut ini diawali dengan pembacaan doa dan penyebutan jenis dan fungsi sesaji satu per satu. Setelah pembacaan doa selesai, biasanya tumpeng akan langsung diperebutkan untuk dimakan. Konon, dengan memakan tumpeng ini akan mendapat berkah.

Setelah itu, sesaji akan dilarung atau dilayarkan ke tengah lautan di atas sebuah rakit papan dari bambu yang dihiasi janur kuning. Sesajian itu dilarung untuk ditujukan kepada Ratu Emas yang menguasai laut selatan. 

Kemudian, ada Muludan, yaitu upacara mensucikan benda-benda pusaka, seperti senjata dan lain-lain. Lalu, ada Nadran, yaitu sejenis sedekah laut yang dilakukan oleh penduduk pesisir.
 Adat Istiadat Jawa Barat
Penduduk Jawa Barat terdiri dari beberapa suku bangsa. Suku-suku bangsa itu tersebar di hampir seluruh wilayah Jawa Barat. Meskipun terdapat beberapa suku bangsa, namun, pada dasarnya memiliki adat istiadat yang sama.

Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Jawa Barat pada umumnya adalah Bahasa Sunda dengan budaya Sunda yang kental. Dalam penggunaan Bahasa Sunda ini pun terdapat undak-usuk-basa atau tingkat pemakaian bahasa. Masyarakat Sunda juga mengenal agama Sunda Wiwitan atau Sunda Pertama atau Agama Islam Sunda.
Pada umumnya, masyarakat Sunda menganut falsafah bengkuang ngariung, bongkok ngaroyot. Pandangan hidup itu berarti kerabat tidak mudah berpisah atau saling rasa berjauhan meskipun satu sama lain tidak berdekatan tinggalnya.

Selain bahasa yang menjadi ciri khas masyarakatnya, orang Sunda juga sangat mencintai kesenian. Pada umumnya, kesenian yang ditampilkan adalah kesenian dengan sikap yang gembira, perasa, dan terbuka. Itu menjadi ciri khas dari kesenian tradisional masyarakat Sunda.



Alat Musik Tradisional Jawa Barat

Jawa Barat merupakan Provinsi di Indonesia yang langsung berbatasan dengan Ibu Kota Negara, Jakarta yang berada di bagian barat. Sedangkan Kota Bandung adalah Ibu Kota Provinsi Jawa Barat tersebut. Menurut sejarah seperti yang tertulis dalam Wikipedia, Provinsi Jawa Barat adalah Provinsi yang pertama kali dibuat di Indonesia yang berdasarkan pada undang-undang tahun 1950 kala itu.
Selain itu, Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang memiliki jumlah penduduk yang paling banyak di Indonesia. Ada tiga suku yang paling mendominasi di Jawa Barat adalah Suku Sunda, Suku Betawi, dan Suku Cirebon. Di Jawa Barat sangat kental akan adat dan budayanya. Dan salah satu budaya yang senantiasa dilestarikan hingga saat ini adalah . Alat musik tradisional Jawa Barat ini biasa digunakan saat mengiringi pentas-pentas kebudayaan Jawa Barat seperti pentas seni tari, wayang, drama, seni suara dan lain sebagainya. Alat musik tradisional Jawa Barat memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara, bahkan alat musik tradisional ini sudah merambah dan diperkenalkan diluar negeri. Itulah sebabnya banyak wisatawan mancanegara tertarik untuk mempelajari alat musik tradisonal Indonesia dan salah satunya adalah alat musik Jawa Barat.

Beberapa Alat Musik Tradisional Jawa Barat

Ada beberapa alat musik tradisional yang berasal dari Provinsi Jawa Barat yang menjadi bagian dari kekayaan Indonesia akan seni dan budaya. Diantara beberapa alat musik tradisional Jawa Barat itu antara lain adalah :
1. Angklung
2. Arumba
3. Gendang
4. Calung
5. Kecapi
6. Suling
7. Rebab
Di dalam artikel ini saya hanya akan memuat tentang tujuh alat musik tradisional tersebut yang berasal dari Jawa Barat karena menurut banyak orang bahwa ketujuh alat musik tradisional inilah yang sampai saat ini masih populer dan terus di lestarikan di Provinsi Jawa Barat.

Penjelasan Tentang Alat Musik Tradisional Jawa Barat

Untuk lebih memahami tentang ke tujuh alat musik tradisional Jawa Barat tersebut, berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing alat musik tradisional di atas.
Angklung

Alat musik yang satu ini tidak asing lagi di telinga kita. Angklung adalah alat musik tradisional yang dipopulerkan oleh masyarakat Suku Sunda di Indonesia. Bambu adalah bahan dasar pembuatan alat musik satu ini. Dan Angklung ini adalah alat musik jenis yang dimainkan dengan cara digoyang karena bunyi yang dihasilkan berasal dari benturan antara bambu tersebut. Ukuran angklung ini bermacam-macam, ada yang kecil dan ada juga yang berukuran besar.
Arumba
Arumba merupakan alat musik yang juga terbuat dari bambu sama seperti angklung. Nama Arumba sendiri sebenarnya adalah singkatan dari alunan rumpun bambu. Dan pada awalnya alat musik tradisional Jawa Barat yang satu ini menggunakan pentatonis sebagai tangga nada yang ia hasilkan. Namun saat ini Arumba menggunakan nada diatonis.
Gendang

Siapa sih dari kita yang tidak apa itu alat musik Gendang? Nah, seperti pada umumnya yang kita ketahui bahwa gendang adalah alat musik tradisional yang terbuat dari kayu yang dibentuk seperti tong dengan kulit yang diregangkan dikedua ujungnya lalu dipukul hingga mengeluarkan bunyi yang khas. Kulit yang digunakan untuk membuat gendang ini biasanya adalah kulit sapi, kulit kerbau, atau kambing.
Calung

Hampir sama dengan angklung, Calung ini juga termasuk alat musik tradisional Jawa Barat yang terbuat dari bambu. Namun, biasanya bambu yang digunakan untuk membuat Calung ini adalah bambu hitam dan ada juga yang terbuat dari bambu putih. Bedanya dengan Angklung adalah alat musik jenis ini dimainkan dengan cara dipukul bagian ruas batang bambunya.
Kecapi

Kecapi adalah alat musik yang dimainkan dengan cara memetik senarnya. Kecapi ini terbuat dari kayu yang dibentuk kotak sedemikian rupa yang diatasnya terdapat senar yang dipetik dan getarannya menghasilkan suara.
Suling

Suling juga terbuat dari bambu. Alat musik jenis tiup ini di Jawa barat terdapat dua macam. Ada suling yang dibuat dengan 4 lubang, dan ada yang dibuat dengan 6 lubang. Yang 4 lubang mengeluarkan suara lebih berdengung dibanding dengan suling yang memiliki 6 lubang.
Rebab
rebab1.JPG
Rebab adalah alat musik tradisional jawa barat yang dimainkan dengan cara menggesek dua buah senarnya. Rebab terbuat dari kayu nangka dan untuk menggetarkan suaranya ditutup dengan kulit tipis yang memiliki tangga nada pentatonis. Rebab termasuk dalam perangkat gamelan, dipakai dalam sebuah pertunjukkan wayang, kliningan, celempungan atau sebagai pengiring tembang Cianjuran (mamaos). Bersama kecapi, alat ini juga digunakan sebagai pengiring nyanyian sinden. Khususnya dalam gamelan, fungsi rebab tidak hanya sebagai pengiring, tetapi juga berfungsi untuk menuntun arah lagu.

Demikianlah beberapa alat musik tradisional yang berasal dari Provinsi Jawa Barat. Masih banyak alat musik tradisional lainnya di Jawa Barat bahkan ada yang sudah hampir punah tidak dikenal orang. Mungkin ketujuh alat musik tradisional ini yang masih dikenal dan masih populer hingga sekarang.

Demikian sedikit ulasan mengenai Rumah Adat, Pakaian Adat dan Alat Musik Tradisional Jawa Barat semoga bermanfaat, dan terimakasih kepada penulis – penulis artikel yang ada diinternet. 








1 comment: